Basic Travel Writing – Sharing With “Backpacker Dunia Jogja Jateng” Community

Community Gathering And Presentation Of Travel Writing
(2014)
___________________________________________

 

On the regular gathering of “Backpacker Dunia Jogja – Jateng” Community that was held in ACP Fruit and Coffee at 28 of June, I had a chance to make a small introduction about basic travel writing that I had been done with www.landscapeindonesia.com.

Within the sharing event, I talk about the basic definition of a travel journal, the easiest strategy to make small travel journal, research process during the trip, how to wrap all the experiences through travel journal, and then sharing it all in various methods such as made it as an e-book or small articles on an open-source articles website.

The presentation material

 

Referral sources for more detail information about the event:

How to make DIY: E-Photobook – A Sharing event

Public Talk And Presentation Of Do-It-Yourself E-Photobook
(2014)
___________________________________________

 

LI DAN AJI 2012 02 07 - 01

E-book or digital book has already become very famous as an open source media to spread ideas freely. The internet connection is one of many opportunities to make the ideas spreading more easier. All we need are just our ideas, computer as the main tool, and skills to make it happens.

Landscape Indonesia itself already use E-Photobook as a medium to share its activities, travel journal, and abundant of the Indonesian landscape picture, as creative works that somehow want to make its readers know more about Indonesia and how the lovely of their country.

However, how is the creative process happen? How far or how deep a person could explore and make a creative activity through this media? How are the maker steps to make his works still objective meanwhile the mission itself have persuasive content? and how are the steps to publish and distribute it?

Through a collaboration event between Forum NGI Regional Yogyakarta and Landscape Indonesia, they make a sharing event that talking about “DIY (Do It Yourself): E-Photobook”.  The event itself occurred on 7 February 2014 at the office of Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta.

Review Sharing DIY:E-Photobook, 7 Februari 2014
Writer: Ngaliman (freelance Jurnalis)
This review are in Indonesian Language and Had been published in as article at Forum NGI Regional Yogyakarta

(1) Travel Jurnal Oleh Wawies Wisnu 



Melakukan perjalanan dan sekedar jalan-jalan nampaknya akan biasa saja jika tidak ada dokumentasi tulisan, foto bahkan tak ada cerita yang dibagikan, setidaknya hal itulah yang membuat Wawies Wisnu ingin membagikan kisah perjalananya dalam bentuk Travel Jurnal. Selain hobi jalan-jalan dia juga seorang arsitek yang gemar dengan dunia literasi.

Membaca dan menulis kan cerita perjalanan adalah cara dia berbagi melalaui Travel Jurnal. Editor Landscape Indonesia yang berdomisili di Yogyakarta ini selalu meluangkan waktu untuk berbagi ceritanya dalam bentuk tulisan perjalanan.

Sebenarnya budaya menulis perjalanan sudah ada sejak jaman ketika aksara ditemukan,sebut saja kisah-kisah leluhur yang ditulis para Empu, dalam bentuk syair,atau para orang pintar yang sedang menacari wawasan baru, dan menurut dia mengapa bukan kita? Niat adalah hal pertama kemudian ngumpulin modal, riset dan lakukan perjalanan, catat apa saja yang didapat dan edit tulisan kemudian publikasikan tulisan perjalanan kita itu di blog pribadi, media sosial atau dalam bentuk buku jika memungkinkan. paling penting adalah bersenang-senang dengan perjalanan kita.

Bahkan sekedar niat yang terencana tapi tidak mau melakukanya akan sia-sia rencana perjalanan kita, maka Nekad bisa jadi pemicu agar rencana terlaksana, nekad juga bukan harus tidak dipersiapakan segala hal yang dibutuhkan,tetap persiapkan beragam kebutuhan yang diperlukan dalam perjalanan. Perlengkapan disini adalah hal yang kita butuhkan tak perlu yang mahal, atau yang repot kita bawa, paling penting adalah peralatan yang mudah dan murah pokoknya nyaman kita bawa.

Modal atau biaya akomodasi masih menjadi bagian yang penting dan bagi sebagian orang biaya adalah hal yang membuat berpikir dua tiga kali jika ingin melakukan perjalanan, makanya ngumpulin modal adalah cara tepat, dengan jauh-jauh hari merencanakan perjalanan kemudian menabung sesuai anggaran yang kita butuhkan buat perjalanan.

Rencana perjalanan sudah terencana, biaya sudah dianggarkan dan disiapkan, perlengkapan sudah ada, maka segeralah mulai melakukan perjalanan,tetapi alangkah baiknya cari informasi tentang destinasi tujuan perjalanan, Riset kecil-kecilan nampaknya perlu dilakukan,
 Riset ini bisa menerapkan teori 5W+1H; pertama Tentukan tujuanya, kedua carilah informasi formal dan nonformal seputar destinasi tujuan perjalanan, cari informasi di dunia maya dan baca buku juga bisa menambah wawasan kita,Ketiga Catat dan tulis semua hal yang dirasakan atau ditemui, moment-moment unik yang terjadi. 5W+1H disini menurut Wawies Wisnu perlu ditambahin menjadi 5W+1H+S; What,who,when,why,where, how dan Sensasi. Kenapa sensasi nampaknya Wawies Wisnu ingin menjelaskan bahwa setiap perjalanan memang harus dinikmati, dan sensasi setiap pejalan berbeda walau destinasinya sama.Cinderamata, tiket kereta, tiket masuk tempat wisata, foto, atau benda-benda yang mendukung cerita perjalanan kita bisa di jadikan bahan tambahan yang menjadikan cerita perjalan lebih menarik.

Travel Jurnal adalah memorabilia yang menjadikan kenangan buat pejalan, cerita itu bisa disimpan dan dibagikan,ketika cerita dibagikan maka buatlah konsep dan bentuk yang bisa dinikmati juga oleh orang lain,sebuah scrapbook juga bisa dijadikan wadah membagikan cerita perjalan. blog pribadi, e-book bahkan buku cetak juga bisa dijadikan dokumentasi cerita perjalanan kita.

Dampak dari cerita perjalanan juga memiliki kelemahan dan kekuatan. Bahkan kisah inspiratif dari cerita yang kita sampaikan bisa berdampak bumerang,racun jalan-jalan dengan destinasi yang eksotis, petualangan yang menantang dan menga-syikan akan membuat siapapun tertarik dan ingin melakukan perajalanan. Namun disisi lain demam jalan-jalan, menjamurnya turis,eksploitasi lingkungan berlebih untuk industri pariwisata menjadikan destinasi perjalanan tereksploitasi.
Maka sebagai pejalan ketika menuliskan setiap unsur dan elemen porsi dan kekuatan yang sama sesuai tujuan dan misi artikel, setidaknya dampak positif dan negatif terhadap lingkungan harus dipahami pejalan.

Materi presentasi oleh Wisnu Wisdantio

(2) E-Photobook Oleh Kang Wahyu Widhi



Membuat catatan perjalanan dan dokumentasi foto menjadi sebuah buku? Kenapa tidak? Era digital memungkinkan kita untuk membuatnya demikanlah hal yang membuka peluang berkarya bisa lebih mudah dan murah. Dengan perkembangan era digital yang semakin maju sebuah buku tidak hanya sekedar dicetak dan dipublikasikan secara fisik. Dengan adanya blog, jejaring social, e-book, bahkan e-Photobook bisa kita buat dan distribusikan secara mudah dan murah.
Wahyu Widhi dari Landscape Indonesia kali ini menyampaikan materi yang pernah di sampaikan di FRAME (Fotokita Sharing Moment) Jakarta dan Sharing DIY:E-Photobook Solo. Dan di Yogyakarta Dia ingin berbagi materi tersebut dengan tambahan materi dari Wawies Wisnu di awal tentang Travel Jurnal, jadi kali ini memang dalam acara Sharing DIY:E-Photobook Forum NGI Regional Yogyakarta mendapatkan materi bonus dari Landscape Indonesia.

Kenapa dan bagaimana E-Photobook itu? Yang jelas dengan E-Photobook kita bisa membaca dan membagikan karya kita tanpa harus mencetak secara fisik sebuah buku. Karena ini buku elektronik yang memungkinkan dibaca dan dibawa kemana saja dimana saja, bisa di Smartphone, Handphone, Tablet, Laptop, Komputer atau perangkat digital lainya yang mendukung. Jadi lebih hemat bawaan dan tidak harus membawa buku fisik kemana-mana, cukup simpan filenya di perangkat kita.

E-Photobook ini juga bisa dijadikan Portofolio, Album Kenangan dan sharing pengalaman. Jadi kenapa tidak kita buat? Maka pertanyaan penting dari kang Wahyu Widhi adalah “Kenapa banyak buku bagus mengenai keindahan Indonesia dibuat oleh orang luar negeri?” hemm.. pertanyaan itu yang kemudian oleh Dia menjadi pemicu ketika LandscapeIndonesia.com ada dengan slogan “Meracuni..eh..menginspirasi betapa indahnya Indonesia ini”. Tapi karena membuat buku dan mencetaknya cukup menguras biaya, maka solusi yang ditawarkan LandscapeIndonesia.com adalah digitalisasi dalam bentuk E-Photobook dengan format PDF maka buku digital bisa dibawa dan dibaca siapa saja dimana saja dengan segala latarbelakangnya.

Pembuatanya juga tidak sulit, tetapi tetap tidak boleh dengan asal, karena ada proses bertahap walau tetap ide kreatif si pembuat buku digital bisa berkreasi dan mengekslorasi daya kreatifnya. Setidaknya ada beberapa tahapan pembuatan berikut ini;

1. Riset data
Penting disini dengan menerapka 5W+1H+F menurut kang Wahyu Widhia aka nada pertanyaan-pertanyaan yang mestinya bisa kita temukan solusinya agar ketika karya e-book atau e-photobook ini berhasil dibuat akan jelas bentuk,tujuan,konten dan macam ragamnya sesuai apa yang sudah direncanakan atau ada dalam gambaran kita. Setidaknya pertanya dibawah ini membantu kita dalam riset;

  • Apa tujuan kita membuat e-book atau e-photobook ini?
  • Siapa target pembaca e-book kita ini?
  • Formatnya bagaimana?
  • Bagaimana memmbuatnya?
  • Bagaimana akan mengunggah e-booknya
  • Poin 5W+1H ditambah F adalah penting ketika membuat e-photobokk, kenapa ada “F” disini,? “F” ini adalah “Foto”. Kenapa mesti foto? Ya karena foto penting kaitanya untuk bahan cerita dari e-photobook yang akan kita buat. Selain F adalah Foto maka F juga Fun.

Riset ini juga mirip dengan yang diuraikan Kang Wawies ketika membuat Travel Jurnal, sumber literasi online dan offline sangat diperlukan untuk menguatkan data di lapangan.

2. Aktivitas/Travelling
Aktivitas disini adalah langkah selanjutnya setelah kita peroleh data penguat sebelum melakukan aktivitas. Jalan-jalan begitulah kiranya. Dalam melakukan perjalanan kita harus rajin atau hal-hal unik kita coba gali. Langkahnya bisa dengan seperti berikut;

  • Mencari data; data apa saja yang kita perlukan
  • Backup data; usahakan data yang kita peroleh aman, contoh dokumentasi foto.
  • Dan yang terpenting ketika melakukan perjalanan maka “Enjoy Your Trip”

3. Olah data
Mengumpulkan foto dokumentasi selama perjalanan, memilih foto yang nantinya akan di jadikan bahan pembuatan e-photobook, edit foto-foto sesuai keperluan dan jangan lupa backup buat menjaga tetap aman file foto kita.

4. Produksi
Setelah data foto atau tulisan terkumpul maka mari berkarya. Kenapa ada tulisan juga? Karena tulisan atau catatan perjalanan seperti materi yang disampaikan kang Wawies akan lebih menarik juga sajikan dengan foto, komposisi foto dan tulisan tergantung kita, bisa banyak tulisan dengan selingan foto, atau foto banyak dengan tulisan-tulisan. Yang jelas pembaca yang kita targetkan atau segmen pembaca yang kita sudah tau akan mempermudah bagaimana kita membuatnya.  Yang dengan foto orang akan tertarik, banyak orang yang sudah tau cerita ketika melihat gambar, tapi bukan berarti tidak perlu tulisan. Oke bagaimana membuat e-photobook ini?

  • Software pendukung ; Photoshp, Indesign,Illustrator, Corel Draw, Lightroom, Powerpoint, MS Word atau software lain yang kita bisa atau teman kita bisa.
  • Aplikasi Mobile di smartphone juga ada yang sudah bisa contoh pada smartphone Android ada; Photobook Creator, Photobook Picture Album, Scrap! Photobook Maker Free dan Tin Tint Photobook.

Ketika software sudah ada maka bersegeralah membuatnya, ketika kita tidak bisa, maka kenapa tidak teman yang bisa kita ajak berkreasi membantu kita, bagaimana kalau kita tidak bisa dan tidak ada teman? Hemmm… maka carilah teman dan perbanyak teman. Tapi lebih penting adalah kita belajar, toh ini wahana buat berkarya dan berbagi.

5. Distribusi
Setelah karya e-photobook atau e-book kita sudah jadi, terus mau diapakan? Ya mari dibagikan. Caranya mudah dan murah, karena tak perlu harus mencetaknya. Cukup kita bagikan di dunia maya dan pembaca kita kasih link dimana pembaca bisa membaca dan mengundu karya kita tersebut.
Saat ini banyak penyedia jasa di internet yang memudahkan kita. Bisa dibagkan di blog atau website pribadi, file server sharing seperti mediafire atau filesonic, bahkan ada free ebook website yang bisa kita manfaatkan untuk membagikan karya kita, seperti scribd.com dan isssu.com.

6. Promosi
Setelah karya kita sudah terdistribusi atau sudah terpajang maka bagaimana agar teman, saudara, orang tua dan pembaca yang lain bisa mengaksesnya? Lakukanlah promosi. Dan promosi ini juga mudah dan murah. Ada facebook, twitter, blog pribadi, email dan SEO atau yang lainya yang memungkinkan karya kita bisa dibagi ke siapa saja. Selain dengan cara online kita juga bisa berpromosi dengan cara offline. Dengan sharing, ngobrol, diskusi.

Sekiranya begitulah kiat dan pemaparan pembuatan e-photobook. MUDAH bukan? Dan jangan tidak dicoba bahkan di bagikan karya kita ya. Karena berbagi bisa menambah rezeki. Kang Wahyu Widhi yang gemar jalan-jalan juga member pengetahuan tentang kenapa jalan-jalan dan profesinya sebagai fotografer bisa membuat dia tetap bisa menikmati hidup. Karena salah satunya adalah jangan sungkan sharing dan tetap berkarya.

Materi presentasi oleh Wahyu Widhi

360-degree panorama pictures of Lifepatch: Jogja River Project [JRP]

Interdisciplinary collaboration of environment monitoring at Jogja River Project
(2013 – Present)
___________________________________________

 

Jogja River Project (JRP) is a serial interdisciplinary collaboration project between various communities in Yogyakarta. Sincerely, during the first project that was held in 2011, JRP was an exploration expedition on the Yogyakarta river bank that was wide open for everyone who was willing to join and open share all the data during the exploration.

My first contribution to this project was on the third exploration trip on the Gajahwong River, on 20 May 2012, when was joined as the representative from The Landscape Indonesia community. From that exploration itself, I made a travel journal photo story and published it as a short article on www.landscapeindonesia.com with the title “Menelusuri Sungai Gajahwong Yogyakarta dalam Jogja River Project #3” (Exploring the Yogyakarta Gajahwong river at Jogja River Project #3).

In 2013, the Jogja River Project developed as a bigger project with 4 main activities, such as the development of the Bio-Electronic Laboratorium at the house of Lifepatch, making serial workshops about water sampling and visual documentation of the river environment, research activities through documentation and water sampling of Code river, and collaboration activities with various communities in Yogyakarta on Gajahwong river. Besides that, JRP also becomes part of the Bio Design for the Real World program. A collaboration project between Lifepatch, various communities in Yogyakarta, Microbiology Department of  Gadjah Mada Yogyakarta University (UGM), EPFL Switzerland and Shrishti School of Art, Design, and Technology, India. The main idea of The Jogja River Project and The documentation of the Jogja River Project 2013 process itself had been described in very detail on Lifepatch Website.

Within this big collaboration, I joined as a member of the visual documentation team and worked with Joan Prahara Bumi. In order to record The river environment condition as information that is easy to understand, we made a 360-degree panoramic picture of every water sampling location. To support the process, we made a small research to build a simple extension tool for our tripod, which is a homemade panoramic head that only costs approximately $1. Although still need enhancement, the tool itself that we called The DIY 360-Degree Panohead V.01 is already quite useful to support the process of environmental monitoring documentation.

The river environment condition documentation itself is conducted in about 20 locations that spread along the Code River, which are still in the administrative territory of Yogyakarta city.

Moreover, within the process, we produced raw pictures as material usually about 45-50 pictures from each spot location. From this point, all of those pictures became part and stitched all together and made the 360-degree picture.

jrp_2016_360_proses_01
The serial photos as the environmental documentation in each location that was previewed with Adobe Photoshop CS6

Within the process of 360-degree panoramic picture-making, the documentation team also make a collaboration with Budi Prakosa, Lifepatch member who is a programmer. In his hand, all the material pictures stitch together with PTGui, a panoramic stitching software that originally developed as a Graphical User Interface for Panorama Tools.

After that, all the 360-degree panoramic photos combined with all the data of river monitoring became part of an interactive map of the Code River environmental monitoring. The map itself is made as an online platform database with free and open-source software (LGPL) for information collection, visualization, and interactive mapping that is developed by a non-profit software company called Ushahidi, Inc.

Map Interactive

mapslifepatch.org from lifepatch on Youtube.com, a video that was made by Adhari Donora about user interaction with the Lifepatch Jogja River Project map.

In 2014, the project continues until nowadays. Within the process of the Jogja River Project 2014, the location of the water sampling and documentation process increased became 27 locations, which is conducted to make better documentation and wider data.

jrp-2014-spot

Meanwhile, to support the documentation process with better equipment that is still cheap and affordable, we start to develop the second version of DIY Panohead that is based on information from free source knowledge at PanoTools.org Wiki. With the DIY Panohead V.02 that only costs about 20$, the 360-degree documentation process conducts again at the same spot. A review of the DIY Panohead V.02 design process itself is already documented on the 360-degree Panohead page.

The Lifepatch documentation of the Jogja River Project 2016 by Adhari Donora

 

Related Article:
-“Menelusuri Sungai Gajahwong Yogyakarta dalam Jogja River Project #3
– 360-degree Panohead design process

Published On Local Newspaper:
TEKNIK FOTOGRAFI: TANTANGAN SERU PANORAMA 360 DERAJAT“.
The article that published in a daily local newspaper called Harian Jogja and Solopos on August 27, 2015. The article was written by Gilang Jiwana [Redaksi@jibinews.co]

Reference and Link External:
– Detail and description of Jogja River Project – lifepatch.org
– Detail and description of Jogja River Project 2013 – lifepatch.org
– Bio Design for the Real World  – EPFL + (Art)ScienceBLR +Lifepatch

Workshop of Camera Anatomy and how it works

Community Workshop Of Camera Anatomy
(2013)
___________________________________________

 

Poster_Workshop_Pengenalan_Anatomi_dan_Cara_Kerja_Kamera

A small workshop about camera anatomy and how it works that was held with Lifepatch on 2 June 2013. This open and free charge workshop discussed the camera elements and how it works as a photography basic learning.

All the participant learning every part of the camera anatomy, such as cameras body and lens introduction. Also learn how to use ISO, shutter speed, and camera aperture to capture any visual information through photography.

Reference Site:

* details of workshop description on lifepatch.id

 

Public Discussion – Pergerakan: Warga Berdaya dan Yogyakarta yang sumpek

Public Discussion Of City Public Spaces Management
(2013)
___________________________________________

 

Poster Diskusi Publik

The focus of this discussion is the development and the rapid growth of the Yogyakarta city at the present time which has a major impact on the functional specialization of public space. Public Space Regulation and management became the starting point to maintain and develop the functional integration of the city’s public spaces.

It refers to the function of public space as the primary interaction connector between its citizen, which are also reflected in the culture of Yogyakarta city. The city regulation and management that neglect the function of the public space may lead restlessness of the people who really care about the development of their city.

This discussion talking about “Warga Berdaya” movements that were performed to criticise the government policies about regulation and management of public space in Yogyakarta. “Warga Berdaya” with various ways of direct actions in the public space demanded treatment and development of abandoned infrastructure.

Friday, May 10, 2013
Rumah IVAA (Indonesia Visual Art Archive) | Jalan IREDA, Gang Hiperkes 188 A / B
Panelist:
– Yoan Vallone – (Activists of Bicycle Community)
– Elanto Wijoyono – (Cultural Heritage Observer)
– Andrew Lumban Gaol – (Street Artist)
– Wawies Wisnu Wisdantio – (Architect)
Moderator: Yoshi Fajar Kresno Murti

Short version of video documentation on arsip IVAA

Full version of video documentation on arsip IVAA

Photo Documentation from other sources:

The Event on articles and news:
Tata Ruang Kota Jogja Bakal Dikritisi Seniman & Praktisi – Harian Jogja Online
Diskusi Publik – Pergerakan: Warga Berdaya Dan Yogyakarta Yang Sumpek (1) – Jogjanews.com
Diskusi Publik – Pergerakan: Warga Berdaya Dan Yogyakarta Yang Sumpek (2) – Jogjanews.com

Related Videos (no subtitles):
Serangan Umum Satu Maret, Rebut Ruang Kota Jogja! – youtube
Merthi Kutho #2: Serangan Umum Satu Maret – Rebut Ruang Kota Jogja –  arsip IVAA – youtube

Introduction of Basic Photography

Community Presentation And Workshop Of Basic Photography
(2013)
___________________________________________

 

Poster_fotografi_dasar

An introduction presentation about technique and composition on photography that could do with all cameras, such as a pocket camera, prosumer, and Digital Single Lens Reflection Camera.

This small presentation that was held with Lifepatch on 5 May 2013 is an open and free charge presentation, which is presented by me and Joan Prahara Bumi. It was discussed the camera elements and how it works as a photography basic learning. All the participant learning every part of the camera anatomy, such as cameras body and lens introduction. Also learn how to use ISO, shutter speed, and camera aperture to capture any visual information through photography.

Reference and Link External

The Peaceful of Sampelong

Photo slideshow video of the JafuZZ CoBre recording session
(2012)
___________________________________________

 

Un-Official Photo Slideshow of “The Peaceful of Sampelong” Recording Process by JafuZZ CoBre, 2012

Photographer: Wawies Wisnu and Magdalena Kubala
Video Editing by Wawies Wisnu
Vocal by Uyau Morrist
Sampelong Instrument by Rizal MAJ

Location at Padepokan Seni Bagong Kussudiarja, Bantul District, Yogyakarta

Find out more:
JafuZZ CoBre at their Facebook Page
More Photoshoot from their “Live track recording The Peaceful of Sampelong”