An interview of DIY Panohead Photography tool
(2015)
An interview article that was published in local daily newspapers called the Harian Jogja and the Harian Solopos within a section titled “The Young” on August 27, 2015. The article was written by Gilang Jiwana [Redaksi@jibinews.co]. The following are excerpts from the original article within the Harian Jogja newspaper and the Harian Solopos newspaper that was published in the Indonesian language.
* * * *
Pernahkan Youngers bertanya-tanya bagaimana pemandangan di belakang sang fotografer saat melihat foto panorama? Pertanyaan itu sekarang sudah tidak lagi sulit dijawab. Dengan teknik fotografi 360, para penikmat foto tinggal mengarahkan pandangan sesukanya karena foto yang dihasilkan sudah menangkap seluruh gambar di sekitar kamera.
Jangan salah paham dulu, 360 di sini bukan aplikasi Camera 360 yang membikin wajah makin unyu, melainkan foto yang menawarkan sudut pandang b360 derajat. Seperti namanya, foto ini menawarkan kelebihan dari sudut pandang ketimbang foto panorama biasa. Jenis foto ini akan menampilkan hasil foto di seputar lokasi pemotretan, termasuk di “belakang” fotografer.
Ada dua cara untuk melihatnya, dengan cara interaktif seperti lewat perangkat virtual reality maupun program khusus di komputer, atau ditampilkan dalam satu gambar utuh. Sensasinya tentu berbeda.
Menggunakan cara interaktif akan membuat penikmat foto seakan-akan berdiri di titik yang sama dengan sang fotografer dan dapat melihat sekelilingnya. Sementara bila ditampilkan dalam satu foto akan tampak efek distorsi yang unik.
Fotografer perjalanan (travel photographer) yang juga aktif membuat foto panorama 360, Wisnu “wawies” Wisdantio, kepada The Young, Selasa (25/8), mengatakan foto panorama 360 memang menarik untuk menampilkan suasana pemotretan secara utuh. Penikmat foto bisa dengan bebas mengontrol hasil jepretan yang sudah diolah dan dipublikasikan.
Dengan teknik ini pula Wawies mendokumentasikan beberapa titik di bantaran Kali Code yang memotong DIY yang dipublikasikan di laman lifepatch.org. “salah satu alasan teknik ini digunakan adalah untuk menggambarkan kondisi lingkungan yang difoto secara utuh. 360 menjadi teknik yang dirasa tepat untuk kebutuhan itu,” beber dia.
Kendala utama dalam memproduksi foto jenis ini adalah harga perangkat yang mahal. Sebuah kamera 360 dibanderol sekitar Rp 6 juta. Tapi kalau kreatif ada jalan untuk mengakali masalah harga dan membuat versi murahnya.
Utak-Atik Tripod
Cara murah untuk membuat foto 360 adalah dengan mengakali dudukan tripod. Sederhananya, memotret foto panorama ini memerlukan dudukan yang mantap dan gerakan berputar kamera yang konsisten. Karena itulah tripod diperlukan.
Selama diputar, kamera juga menjepret beberapa gambar sesuai besarnya sudut lensa. Semaki lebar sudut lensa, semakin sedikit gambar yang perlu diambil.
Nah, bagian tricky-nya adalah membuat gambar-gambar yang didapat tidak berubah sudut pandang. Dudukan tripod standar di bagian bodi kamera membuat gambar yang difoto tidak akan saling bersambung saat disatukan. Karena itu poros putarnya harus dimajukan hingga berada tepat di titik yang disebut no-parallax point. Perputaran kamera di titik ini menghindari munculnya paralaks atau perubahan sudut gambar dan memudahkan saat proses penyatuan.
Untuk mendudukan kamera di titik ini, dudukan tripod harus diakali. Wawies mencontohkan timnya membuat sebuah pelat besi yang sudah diukur presisi untuk memudahkan dudukan tripod agar berada tepat di titik tanpa paralaks.
Uniknya, setiap kamera dan lensa memiliki titik berbeda, kita bisa lihat tabel pengukurannya di laman panotools.org yang menjadi acuan penggemar foto panorama.
Di laman itu tidak hanya titik tanpa paralaks. Youngers juga bisa mendapatkan informasi seputar jumlah foto yang diperlukan dan sudut putar yang tepat untuk mengambil setiap gambar.
Kalau semua Perlengkapan sudah siap, selanjutnya tinggal memotret. Beberapa foto harus dibuat dan selanjutnya digambungkan di aplikasi pengolah gambar, misalnya Photoshop. Selain itu sekarang ada juga beberapa aplikasi khusus yang bisa memproses dan mempublikasi hasil foto 360 kita. Tinggal masukkan foto yang ingin diolah dan klik tombol untuk menyatukannya.
“Biar menggabungkannya mudah, kita foto dengan melibatkan 25% sisi frame sebelumnya. Dengan Begitu area yang tertumpuk akan lebih halus,” kata Wawies. (JIBI)
You must be logged in to post a comment.